Abu Chiek Oemar Di Yan; Ayah Para Teungku Chiek.
Dipenghujung
abad 18, ketika perlawanan Ulama dan Bangsawan Aceh seperti Teungku Chik Di
Tiro, Teungku Chik Tanoh Abee dan Teuku Panglima Polem dapat dikalahkan oleh
para penjajah. Ada beberapa ulama Aceh berpengaruh yang kemudian menjadi target
penangkapan. Sehingga para ulama tersebut memilih 'hijrah' ke Negeri Seberang
Malaysia tepatnya di Yan. Di antara ulama besar yang berhijrah adalah Teungku
Syeikh Oemar Bin Auf Lam U atau yang dikenal dengan Teungku Chik Oemar Di Yan
Diyan atau Teungku Chik Lam U yang merupakan ayah dari para ulama besar Aceh
tempoe doelo. Sedangkan sahabatnya adalah Teungku Chiek Muhammad Arsyad Ie
Leubee yang kemudian dikenal dengan Teungku Chik Arsyad di Yan yang merupakan
guru dari Abu Hasan Kruengkalee.
Kehadiran
mereka di Yan Keudah Malaysia bukan tanpa perhitungan, para ulama Aceh tersebut
ingin mempersiapkan kader-kader ulama baru untuk meneruskan estafet keulamaan
setelah mereka wafat. Bersama sahabatnya Teungku Chik Arsyad Di Yan, Teungku
Chik Oemar Diyan telah mengkader para ulama besar lainnya. Sebut saja Abu Hasan
Krueng Kalee, sebelum beliau menempuh pendidikannya di Mesjidil Haram ia lebih
dahulu belajar di Yan Keudah kepada Teungku Chik Arsyad Diyan.
Ulama
lainnya adalah Abu Muhammad Shaleh Lambhuk/Abu Lambhuk yang juga belajar di Yan
Keudah Malaysia. Bahkan dua ulama yang menjadi guru utama Teungku Syeikh Muda
Waly juga belajar di Yan yaitu Teungku Syeikh Mahmud Lamlhom atau yang dikenal
dengan Abu Syech Mud Blangpidie pendiri Dayah Bustanul Huda Blangpidie dan Abu Muhammad
Ali Lampisang yang merupakan pendiri Dayah Khairiyah di Aceh Selatan. Abu Syech
Mud dan Abu Ali Lampisang keduanya utusan dari Koeta Raja (Banda Aceh) dengan
rekomendasi Abu Hasan Krueng Kalee dikirim ke Labuhan Haji dan Blangpidie.
Selain
memiliki murid yang menjadi ulama, Teungku Chik Oemar Diyan juga memiliki anak
yang melanjutkan estafet keulamaan dan keilmuannya. Ada empat orang Teungku
Chik yang merupakan anak dari Abu Chiek Umar di Yan di antaranya yang pertama
adalah Teungku Syekh Ahmad Hasballah Indrapuri yang kemudian dikenal dengan Abu
Indrapuri. Abu Indrapuri ulama ahli tafsir dan Qira'at yang juga guru dari
Syeikh Abuya Muda Waly. Abu Indrapuri lama menimba ilmu di Arab tidak kurang
dari 15 tahun, sebelumnya beliau telah belajar dibeberapa lembaga pendidikan di
Aceh.
Abu
Indrapuri merupakan ulama berpengaruh dan terpandang di Aceh, beliau juga
penasehat beberapa lembaga ulama Aceh termasuk penasehat ulama Pusa. Beliau
pernah membuka Dayah di Indrapuri yang diberi nama dengan Dayah Hasbiyah yang
lebih mengkhususkan pada kajian Al Qur'an, dayah ini telah terhenti menjelang
Abu Indrapuri berangkat ke Yan Keudah, dan wafat disana. Anak lainnya dari
Teungku Chik Oemar Diyan adalah Teungku Abdullah bin Oemar Lam U dikenal dengan
Abu Lam U, yang melanjutkan Dayah yang pernah dibangun ayahnya Abu Chik Lam U
atau Teungku Chik Oemar Diyan. Abu Lam U merupakan ulama yang ahli mendidik
masyarakat melalui syair-syair Aceh yang memikat, dituangkan dalam tulisan yang
disebut Munjiyatul Anam artinya Penyelamat Manusia. Kuburannya masih berada di
seputar Pesantren Modern al Falah Abu Lam U.
Anak
ketiga dari Abu Oemar Diyan adalah Teungku Abdul Hamid dikenal dengan Teungku
Chik Aneuk Batee Niron Aceh Besar. Beliau mendirikan lembaga pendidikan, tapi
tidak ada yang melanjutkan setelahnya. Anak keempat dari Abu Oemar Diyan yang
berasal dari Isteri di Malaysia adalah Teungku Muhammad Dahlan dikenal dengan
Teungku Chik Diyan. Anak yang terakhir ini menetap di Yan dan wafat disana,
meneruskan pengajian Teungku Chik Oemar Diyan. Ternyata 'hijrah' Teungku Chik
Oemar Diyan dan Teungku Chik Muhammad Arsyad Ie Leubee memiliki makna yang
mendalam khususnya dalam pembentukan jaringan ulama pada abad selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar