Foto saya
Dr. Nurkhalis Mukhtar, LC., MA
Banda Aceh, Aceh
Ketua STAI Al-Washliyah Banda Aceh - Penulis Buku MEMBUMIKAN FATWA ULAMA

Abu Syekh T. Mahmud Lhoknga; Syekhul Masyayikh Ulama Dayah Aceh Periode Awal.


Nama kecilnya Teungku T Mahmud berasal dari Lhoknga. Setelah menjadi alim besar yang rasikh ilmunya, masyarakat Blangpidie dan sekitarnya mengenal beliau dengan Abu Syech Mud. Abu Syekh Mud diperkirakan lahir sekitar tahun 1899, beliau masih keturunan Teuku dan Ulee Balang kawasan Lhoknga Aceh Besar dan menikah ke Lamlhom masih di kawasan yang sama. Mengawali pengembaraan ilmunya, semenjak kecil Abu Syech Mud telah mulai belajar agama di desanya disertai pelajaran umum di sekolah yang dikhususkan kepada anak-anak bangsawan ketika itu.

Setelah beberapa tahun belajar di desanya, Abu Syech Mud kemudian memperdalam keilmuannya ke Dayah Abu Hasan Kruengkalee di Siem tahun 1916 setelah tibanya Abu Kruengkalee dari Mekkah di mana sebelumnya Abu Kruengkalee mengabdi beberapa tahun di Lembaga Pendidikan Teungku Chik Arsyad di Yan temannya Teungku Chik Oemar Diyan dan Abu Kruengkalee menikah disana. Hampir lima tahun dengan segenap kesungguhan dan ketekunan Abu Syech Mud belajar, sehingga beliau sudah dianggap sebagai ulama muda yang mendalam ilmunya dan mampu menguasai kitab-kitab besar dalam Mazhab Syafi'i. Namun Abu Syech Mud masih merasa minim ilmunya, sehingga beliau berangkat ke Yan Keudah menumpang dengan kapal pelajar yang akan diberangkatkan ke Batavia.

Selama belajar di Yan Malaysia dengan para Teungku Chik, banyak keluarga Aceh yang berkesan dengan keluhuran budi dan keilmuan mendalam Abu Syech Mud sehingga beliau dijadikan 'anak angkat' oleh mereka. Setelah menamatkan pendidikan di Yan, Teungku Syekh T Mahmud kemudian dikirim ke Blangpidie atas permintaan Teuku Sabi, di mana sebelumnya yang menjadi pemimpin agama di Abdya adalah Teungku Muhammad Yunus Lhoong atau Teungku di Lhoong yang kemudian dikembalikan ke Kuta Raja Banda Aceh setelah peristiwa Penyerangan Tangsie Belanda dan Syahidnya Teungku Peukan dan pengikutnya pada tahun 1926.

Tibalah Teungku Syekh Mahmud untuk menjadi Guru bagi seluruh masyarakat Blangpidie dan sekitarnya di tahun 1927. Sedangkan di Labuhan Haji telah datang sebelum beliau Teungku Syekh Muhammad Ali atau Abu Ali Lampisang sekitar tahun 1924. Mulailah Teungku Syekh Mud mendirikan Dayah beliau dengan nama Bustanul Huda(Kebun Petunjuk) yang berada di seputaran Mesjid Jamik Baitul 'Adhim Blangpidie. Terhitung mulai tahun 1928 beliau memimpin dan mengayomi masyarakat Blangpidie sampai hari terakhir wafatnya yaitu tahun 1966 beliau memimpin Dayah Bustanul Huda, dan telah banyak melahirkan kader ulama-ulama terpandang yang melanjutkan estafet keilmuan dan keulamaannya.

Di antara sekian banyak murid Abu Syech Mud adalah: Teungku Syekh Muhammad Waly al-Khalidi, Teungku Syekh Jailani Kota Fajar, Teungku Syekh Abdul Hamid Kamal yang kemudian menjadi menantu dan melanjutkan kepemimpinan Dayah, Teungku Syekh Adnan Mahmud Bakongan, Teungku Syekh Bilal Yatim Suak, Teungku Syekh Imam Syamsuddin Sangkalan, Abu Ibrahim Woyla, Abu Ghafar Lhoknga dan banyak para ulama lainya yang tersebar seluruh Aceh. Bahkan Abu Syech Mud ini merupakan guru utama dari Abuya Syekh Muda Waly setelah belajar dari Abu Ali Lampisang.

Abu Syech Mud sebagaimana ditulis oleh cucunya Tgk Silman Haridhi merupakan seorang ulama yang mendalam ilmunya lagi seorang yang zuhud. Hal senada juga diamini oleh Abuya Muhibbuddin Waly yang menyebutkan bahwa Abu Syech Mud memposisikan dirinya sebagai seorang guru yang lebih banyak diam dan mendoakan para muridnya. Setelah wafatnya Abu Syech Mud, estafet Pimpinan Dayah Bustanul Huda dan Guru Ummat kemudian dilanjutkan oleh ulama lainnya yang juga murid khusus dan menantunya yaitu Teungku Syekh Abdul Hamid Kamal yang dikenal dengan Abu Haji Blangpidie, beliau memimpin Dayah tersebut hingga tahun 1980 sampai wafatnya. Yang Kemudian dilanjutkan oleh Abu Mohd Syam Marfaly ulama teguh, tegas dan istiqamah. Abu Syam Marfaly berangkat ke Labuhan Haji setelah sekitar tiga tahun menjadi Jama'ah tetap di Mesjid Jamik Baitul 'Adhim Blangpidie dari tahun 1955 sampai 1958 mendengar ceramah dan pengajian dari Abu Syech Mud. Kemudian 17 tahun berikutnya Abu Syam Marfaly menimba ilmu di Darussalam yang kemudian mengantarkannya menjadi seorang ulama yang diperhitungkan. Ketiga Ulama tersebut telah kembali kehadirat Allah SWT. Semoga Allah terima setiap dedikasi mereka untuk ummat Nabi Muhammad SAW.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Penulis

Abu Hasballah Indrapuri; Ulama Ahli Al-Qur’an dan Pendiri Madrasah Hasbiyah Indrapuri.