Abu Sabang Lamno; Ulama Terkemuka Lamno dan Pendiri Dayah Bustanul Aidarusiah.
Abu Mesjid Sabang
merupakan laqab yang diberikan oleh masyarakat setempat kepada ulama yang
mereka cintai yaitu Syekh Haji Aidarus atau sering ditulis dengan Abu Sabang
Lamno. Nama asli beliau adalah Teungku Haji Aidarus bin Teungku Haji Sulaiman
yang merupakan pendiri Dayah Bustanul Aidarusiah Leupee Mesjid Sabang Lamno.
Semenjak kecil Teungku Aidarus telah dipersiapkan oleh ayahnya yang juga
seorang ulama untuk menjadi ulama dan pengawal agama di wilayahnya. Beliau
dilahirkan di Desa Leupee Kecamatan Jaya, Lamno Aceh Jaya sekitar tahun 1871
dan ada yang menyebutkan pada tahun 1885.
Mengawali jejak
keilmuannya, Teungku Aidarus belajar Al-Qur'an langsung kepada ayahnya yang
juga seorang ulama di wilayah Lamno. Selain belajar kepada ayahnya, Teungku
Aidarus juga belajar Kitab-kitab permulaan atau Ibtidaiyah kepada seorang ulama
yang bernama Teungku Muhammad Shaleh Lhue. Setelah menyelesaikan belajarnya
kepada Teungku Muhammad Shaleh tersebut, karena melihat bakat yang ada pada
diri Teungku Aidarus, maka beliau diantarkan untuk belajar langsung kepada
salah seorang ulama yang dikenal ahli dalam bidang Fiqih dan Tasauf yaitu
Teungku Haji Muhammad Arif yang juga sahabat dan rekan ayahnya.
Teungku Aidarus
belajar banyak ilmu dan waktu yang lama kepada Teungku Haji Muhammad Arif
sehingga telah mengantarkan Teungku Aidarus muda menjadi seorang yang mendalam
ilmunya. Adapun gurunya Teungku Haji Muhammad Arif melihat banyak keutamaan
dalam diri Teungku Aidarus muda baik kecerdasan, ketaatan maupun keluhuran
budi. Kepada gurunya Teungku Haji Muhammad Arif, Teungku Aidarus mempelajari
Kitab-kitab pertengahan atau tsanawiyah seperti Fathul Qarib, Fathul Muin,
Kawakib dan kitab-kitab sederajat secara mendalam dan tahqiq. Selain itu,
ditanamkan nilai moral dan spritual oleh gurunya yang juga dikenal sebagai
ulama sufi.
Setelah selesai
belajar kepada gurunya Teungku Haji Muhammad Arif, beliau diarahkan oleh ulama
tersebut untuk memperdalam kajian keilmuannya kepada salah seorang ulama di
Aceh Besar yaitu di Dayah Manyang Bungcala kepada Teungku Chik Ahmad Tanoh
Mirah yang merupakan ulama pejuang dan teman Teungku Chik Di Tiro Muhammad
Saman. Maka mulailah Teungku Aidarus belajar dengan tekun kepada Teungku Chik
Ahmad Tanoh Mirah hingga mengantarkan Teungku Aidarus sebagai seorang ulama
yang mendalam ilmunya, sehingga dalam masa tiga tahun setelahnya Teungku
Aidarus telah diijazahkan berbagai ilmu keislaman dari gurunya Teungku Chik
Ahmad Tanoh Mirah dengan ijazah dan berpesan untuk melanjutkan perjuangan di
wilayahnya Lamno. Karena tidak lama setelah itu, gurunya Teungku Chik Ahmad
Tanoh Mirah syahid dalam satu pertempuran dengan Belanda.
Setelah menjadi alim
yang rasikh ilmunya, Teungku Aidarus berangkat Haji dan belajar di sana dengan
beberapa para ulama di antaranya beliau disebutkan mendapat ijazah kitab, doa
dan Hizib dalam Kitab Dalail Khairat. Dan pada era Teungku Haji Aidarus di sana
terdapat beberapa guru besar dari nusantara yang berpengaruh seperti Syekh
Ahmad Khatib Minangkabau Imam dan Mufti dalam Mazhab Syafi'i dan para ulama
lainnya. Tidak lama beliau disana, maka kembalilah Teungku Syekh Aidarus ke
kampung halamannya Lamno tepatnya di Desa Leupeu.
Dengan ketekunan dan
kesabaran Teungku Syekh Aidarus telah membina masyarakat dengan keilmuan,
selain itu beliau juga telah mengkader banyak para ulama yang melanjutkan jihad
keilmuan dan keulamaan sesudahnya. Di antara ulama yang melanjutkan estafet keilmuan
dan keulamaannya adalah Abu Haji Muhammad Darimi bin Nyak Badai yang merupakan
keponakan dan anak angkat Teungku Syekh Aidarus. Bahkan setelah wafatnya Syekh
Haji Aidarus, Abu Darimi tersebut yang meneruskan kepemimpinan Dayah Mesjid
Sabang Lamno yang telah dibangun oleh Syekh Haji Aidarus atau yang dikenal
dengan Abu Mesjid Sabang Lamno.
Disebutkan bahwa Abu Salim Mahmudi ulama terkemuka Lamno, dan
bahkan Abu Adnan Bakongan juga pernah belajar dari Syekh Haji Aidarus. Setelah
pengabdian yang panjang dengan berbagai kontribusi yang besar untuk masyarakat
Lamno, maka wafatlah ulama hebat itu di tahun 1953 di desanya Leupeu. Sehingga karena
kiprah dan pengabdiannya masyarakat Lamno kemudian lebih mengenalnya dengan
sebutan Abu Mesjid Sabang Lamno sebagai penghormatan atas dedikasi sang ulama
tersebut.
Komentar
Posting Komentar