Teungku Haji Abdul Hamid Samalanga; Ulama dan Pembaharu Pendidikan Aceh.
Beliau lahir di
Jeunieb tahun 1902, ayah dan ibunya adalah ulama di wilayah Tanjungan
Samalanga, sehingga beliau sering disebut dengan Teungku Abdul Hamid Samalanga
dan setelah luas pengaruhnya disebut dengan Ayah Hamid Samalanga atau Syekh
Abdul Hamid Samalanga. Teungku Abdul Hamid semenjak kecil belajar langsung
kepada ayahnya yang juga merupakan ulama besar pada masanya. Abu Idris
Tanjungan ayah Teungku Abdul Hamid merupakan ulama dan pimpinan dayah yang
kharismatik yang banyak mendidik santrinya menjadi ulama. Di antara murid-murid
Abu Idris Tanjungan yang dikenal publik adalah Teungku Syekh Syihabuddin Idris,
Teungku Syekh Hanafiyah Abbas, Teungku Muhammad Hasbi Shiddieqy, Teungku Abu
Bakar Cot Kuta atau dikenal dengan Abu Cot Kuta.
Sambil belajar kepada
ayahnya, Teungku Abdul Hamid juga bersekolah di Sekolah Umum yang ada ketika
itu, sampai beliau menyelesaikan Sekolah Aliyah pada Sekolah Guru Bantu. Karena
cerdas dan terang hatinya, pada tahun 1921 dalam usia 19 tahun beliau sudah
ditunjuk menjadi kepala sekolah setingkat SR. Selain terlibat aktif di jalur
pendidikan, Teungku Abdul Hamid Samalanga juga aktif dalam organisasi Syarikat
Islam hingga tahun 1926, organisasi tersebut dilarang dan beberapa pimpinannya
akan didigulkan. Beliau atas bantuan Ampon Chik Samalanga berhasil lolos dari
sasaran Belanda hingga beliau berlayar ke Semenanjung Malaysia dan terakhir
beliau berangkat ke Mekkah.
Terhitung selama lebih
kurang empat tahun beliau berada di Mekkah, Teungku Syekh Abdul Hamid Samalanga
telah melaksanakan haji dan memperdalam kajian keilmuannya di Madrasah
Saulatiah. Sebuah Madrasah yang didirikan oleh ulama India Syekh Rahmatullah
Hindi teman dari Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Pada masa itu Saulatiah
dipimpin oleh Syekh Salim Rahmatullah, anaknya Syekh Rahmatullah Hindi
tersebut. Di antara ulama Aceh Lulusan Madrasah Saulatiah adalah Teungku Syekh
Usman Maqam.
Sekitar tahun 1928,
datanglah dari Aceh Teungku Haji Abdullah Ujong Rimba yang sebelumnya belajar
di Dayah Siem Krueng Kalee dan Dayah Lamsie Teuku Daud Panglima Polem. Di
Mekkah Abu Abdullah Ujong Rimba banyak bertukar fikiran dan belajar kepada
Syekh Abdul Hamid Samalanga. Sehingga di antara dua ulama tersebut kemudian
bahu-membahu melakukan pembaharuan pendidikan di Aceh. Maka sepulangnya Abu
Ujong Rimba dari Mekkah, beliau banyak menerapkan saran-saran dari Teungku Haji
Abdul Hamid Samalanga tersebut. Sehingga pada tahun 1930 telah berdiri sebuah
Madrasah Sa'adah Abadiyah yang diprakarsai oleh Teungku Haji Abdullah Ujong
Rimba dan Teungku Muhammad Daud Beureueh.
Setelah kondisi mulai
aman, pulanglah Teungku Haji Abdul Hamid Samalanga, dan mulailah beliau membuat
banyak perubahan dalam pendidikan. Beliau juga berhasil mendirikan beberapa
lembaga pendidikan seperti Madrasah Masakinah Tanjungan, Madrasah Tufa Jeunib
dan Taman Siswa. Beliau secara aktif mengajar di Madrasah-madrasah yang
didirikannya, di antara muridnya adalah Professor Ibrahim Hosein mantan Rektor
IAIN Ar Raniry dan anggota MUI Aceh.
Teungku Haji Abdul
Hamid Samalanga juga aktif di Pusa Aceh. Ketika Pusa terbentuk, beliau dengan
Teungku Abdul Wahab Kenaloi Seulimum dan Teungku Haji Ahmad Hasballah Indrapuri
duduk pada jajaran komisaris Pusa. Dan Pusa berdiri pada tahun 1939. Teungku
Haji Abdul Hamid Samalanga termasuk ulama yang aktif melakukan pembaharuan
pendidikan dalam sistem Madrasah seperti yang telah disebutkan.
Menjelang kemerdekaan beliau juga terlibat
sebagai pejuang, dan pangkat terakhir beliau adalah kolonel dan dianggap sebagai
veteran. Teungku Haji Abdul Hamid Samalanga juga pernah ditunjuk Ketua Jawatan
Keagamaan di wilayah Aceh Utara sama seperti Teungku Mahmud Usman Simpang Ulim
atau yang dikenal dengan Abu Usman Pucok Alue atau Abu Rawang. Selain aktif di
pendidikan, organisasi, beliau juga aktif di dunia politik secara luas. Teungku
Haji Abdul Hamid Samalanga pada 1949 pernah memimpin misi haji bersama tokoh
Aceh lainnya seperti Professor Ali Hasjmi. Mereka diperintahkan oleh Presiden
Soekarno untuk menggalang kekuatan di Timur Tengah. Karena saat itu agresi
Belanda. Setelah berbagai kiprah dalam berbagai bidang pada tahun 1968 dalam
usia 66 tahun wafatlah ulama pembaharu tersebut.
Komentar
Posting Komentar